EKONOMI PEDESAAN
SEJARAH
EKONOMI PEDESAAN
Sejarah
ekonomi masih merupakan daerah yang relatif asing bagi sejarawan Indonesia,
sekalipun sejarah ekonomi diajarkan di jurusan-jurusan sejarah. Di
negeri-negeri barat sendiri sejarah ekonomi juga merupakan disiplin yang
relative baru. Meskipun sejarah ekonomi sudah ditulis orang jauh sebelumnya,
tetapi chair untuk sejarah ekonomi yang pertama di dunia baru ada di Harvard
pada tahun 1892, dan chair serupa di Inggris baru ada pada tahun 1910. Sejarah
ekonomi yang secara formal berdiri sendri lepas dari subordinasi pada sejarah
politik itu ingin mencari maknanya sendiri dalam memperlajari corak dan
penjumlahan dari hubungan manusia yang bersifat ekonomi, sosial dan budaya.
Pada kurun-kurun sebelumnya political economy lebih berpengaruh dalam
penulisan-penulisan sejarah ekonomi. Sejarah ekonomi yang telah melepaskan diri
dari ekonomi politik terus berkembang dan mencapai puncaknya dalam studi yang
semakin canggih, degan penggunaan metode qtguatitalis yang maju dalam gerakan
the new economic history.
Di Indonesia
kiranya masih perlu diperkenalkan sejarah ekonomi yang lebih konvesional banyak
definisi sudah dikemukan oleh banyak sarjana, dengan batasan yang kurang lebih
sama. Barry E. Supple dalam the experience of economic growth: case studies in
economic history menulis sbb:
Economy
history is the historical study of man’s efforts to provide himself with goods
and services, of the institutions and relationship which resulted from those
efforts, of the changing technique and outlooks associated with his economic
endeavor, and of the results (is social as well as economic terms) of his
striving, ot his failure to strike.
Ekonomi
pedesaan dan ekonomi petani tidak selalu searti, namun dalam tulisan ini,
keduanya dipersamakan dan dapat dilakukan peristilahannya khusus untuk
keperluan seminar sejarah lokal dengan cakupan dinamika pedesaan ini. Ciri-ciri
ekonomi petani sebagaimana dikemukan Daniel thornier, seorang antropolog yang
menganggap ekonomi petani sebagai sebuah kategori dalam sejarah ekonomi, ialah:
Dalam bidang
produksi, masyarakat terlibat dalam produksi agrarian;
Pendudukanya harus lebih dari separuhnya terlihat dalam pertanian
Ada kekuasaan Negara dan lapisan penguasaanya
Ada pemisahan antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang desa-desa
Satuan produksinya ialah keluarga rumah-rumah petani.
Pendudukanya harus lebih dari separuhnya terlihat dalam pertanian
Ada kekuasaan Negara dan lapisan penguasaanya
Ada pemisahan antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan latar belakang desa-desa
Satuan produksinya ialah keluarga rumah-rumah petani.
Ekonomi
petani, menurut Thornier yang mengukuhkan pendapat ahli ekonomi Rusia.
Charanov, tidak termasuk dalam salah satu kateogri sudah ada, hingga
sepantasnya kalau ekonomi petani yang banyak tedapat di Negara-negera yang
sedang berkembang itu mendapat tempat-tempat yang tersendiri. Ia juga tidak
puas dengan semata-mata menyebut ekonomi petani sebagai perwujudan cara
produksi Asia.
Pertemuan
antara ekonomi ekspor, baik melalui peraturan tanam paksa maupun perkebunan
swasta pada abad ke-19, merupakan pertemauan antara dua cara produksi dengan
akibat-akibat yang menarik perhatian sejarah ekonomi. Tidak kurang dari itu
sebenarnya ialah pertemuan antara dua system ekonomi sebagai dikemukakan oleh
Boeke sejak lama[4], yang sampai sekarang pun masih berlaku dalam pengeritian
pengerian tertentu.
Sejarah
ekonomi local sangat penting karena tiap-tiap daerah di Indonesia menempuh
jalan sendiri-sendiri dalam perkembangan ekonomi. Perbedaan regional itu
disebabkan oleh berbagai factor pertama, ada atau tidak adanya organisasi
kenegeraan. Dalam hal ini perbedaan terjadi antara berbagai daerah yang
disebabkan oleh corak kerajaan-kerajaan atau organisasi social setempat yang
berbeda.
Pembatasan
satuan wilayah dapat mempergunakan berbagai cara. Di antara kemungkianan itu
ialah pendekatan wilayah produksi, wilayah pemasaran, wilayah penukaran,
wilayah georgrafis, wilayah administrative dan wilayah adat.
Wilayah
produksi dapat berupa daerah yang diliputi oleh produksi sejenis, seperti
misalnya daerah nelayan dipantai utara Jawa, Sumatera Timur, dan sebagainya
Madura yang menghasilkan garam sebagai satuan wilayah produksi. Dekat hubungan
dengan wilyah produksi pemasaran. Di masa lalu, dapat dibayangkan, teknologi
transportasi yang berbeda. Lingkaran pemasaran yang dengan lingkaran kereta api
dan truk.
Selanjutnya,
sangat penting dalam sejarah ialah satuan waktu dalam sejarah ekonomi, terutama
yang mementinagkan soal pertumbuhan ekonomi, masalah tahapan perkembangan
selalu menajdi perhtian yang utama. Tidak saja dalam skala makro kita dapat
berbicara tentang system ekonomi atau cara produksi, tetapi juga dalam lingkup
mikro.
Untuk
penelitian sejarah, pendekatatn terhadap tahapan ekonomi tidak perlu harus
menggunakan ukuran-ukuran ekonomi. Tahapan pertumbuhan ekonomi sebagaimana
dikemuakan oleh Rostow dalam the stages of economi growth yang menggunakan
ukuran produksitvitas sebagai kriteria untuk tahapan, kiranya hanya dapat
berlaku bagi masyarakat industrial, dan sedikti saja relevansinya dengan system
ekonomi pedesaan atau petani di masa lampau. Dalam pendekatan Rostow, secara
kasar masyarakat tradisional hanya disebutnya sebagai masyarakat tradsisonal,
yang sedikti saja menjelaskan kompleksitas Rostow, secara kasar masyarakat
tradisional hanya disebutnya sebagai masyarakat tradsisonal, yang sedikit saja
menjelaskan kompleksitas ekonomi yang dibuat oleh Heilbroner lebih menjangkau
masala lalu sejarah manusia. Di kemukakannya tiga system ekonomi, ekonomi
berdasarkan tradisi, perintah dan pasar.
Setelah kita
mendaaptkan satuan wilayah dan satuan waktu, kita perlu juga memahami satuan
permsalahan dalam sejarah ekonomi pedesaan. Permasalahan ekonomi pedesaan atau
eknomi petani tentu tidak sama dengan ekonomi industrial atau ekonomi kota.
Dalalm pengertian kita disini, ekonomi pedesaan memasukan juga ekonomi
primitive sekaligus ekonomi petani, yang kedua-duanya masih terdapat dalam
masyarakat dengan kerangka ekonomi pasar sekarang ini. Beberapa kemungkinan
permasalahan yaitu tentang factor-factor ekonomi, sector-sector ekonomi,
lembaga-lemabga ekonomi, komoditi, pertumbuhan, dan problem-problem.
Kentataannya
sejarah ekonomi lebih banyak memerlukan penggunaaan teori, model dan
konsep-konsep ilmu sosial, termasuk ilmu ekonomi sendiri. Model tentang
pertumbuhan ekonomi, misalnya, akan mampu memerangkan peristiwa dan struktur
secara jelas. Teori, model dan konsep itu dapat diambil dari ilmu ekonomi
konvensional yang terutama sangat baik untuk menganalisa sector komersial dari
organisasi ekonomi petani. Juga ilmu ekonomi konvensional dapat berguna dalam
menghitung penampilan ekonomi baik yang primitive, petani, industry kapitalis,
maupun industry komunis.
Bagi mereka
yang melihat teori ekonomi murni dan statistic merupakan daerah terlarang,
seperti sejarawan yang dihasilkan oleh fakultas-fakultas Sastra di Indonesia,
sejarah ekonomi masih tetap terbuka. Seperti sudah disinggung, aktivitas
ekonomi masih tetap merupakan aktivitas manusia, sehingga sejarah ekonomi pun
tidak lepas dari setting sosial dari pengalaman manusia dan imajinasi manusia.
Disini motif, nilai, dan sikap masih merupakan hal yang penting. Sejarah
ekonomi dapat diletakan dalam kerangka sejarah interdisipliner.Untuk keperluan
itu dibawah ini akan dikemukakan berbagai permasalahan sejarah ekonomi pedesaan
yang dibicarkan oleh ahli-ahli ilmu social di luar ilmu ekonomi.
Comments