MILENARIANISME
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Milenarianisme adalah suatu keyakinan
oleh suatu kelompok atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik tentang suatu
transformasi besar dalam masyarakat dan setelah itu segala sesuatu akan berubah
ke arah yang positif atau kadang-kadang negatif atau tidak jelas. Milenialisme adalah suatu bentuk Milenarianisme
spesifik berdasarkan suatu siklus seribu tahunan, dan ini khususnya sangat
penting di lingkungan Kekristenan.
Kelompok-kelompok
milenarian biasanya mengklaim bahwa masyarakat masa kini dan para
penguasanya korup, tidak adil, atau menyimpang. Karena itu mereka percaya bahwa
mereka akan segera dihancurkan oleh suatu kekuatan yang dahsyat. Sifat yang
berbahaya dari status quo ini selalu dianggap tidak dapat diubah tanpa adanya
perubahan dramatis yang telah diharapkan. Dalam beberapa orang yang menganut
milenarianisme Abad Pertengahan, dunia dianggap dikendalikan oleh setan dan bahkan sampai abad ke-19 milenarianisme Tionghoa
menggunakan suatu motif seperti ini, namun "setan"nya mempunyai suatu
konotasi budaya yang sedikit berbeda.[1]
Dalam keadaan
tak mampu menolong diri sendiri itu, kaum Yahudi secara putus asa menengadah ke
langit, memohon pembebasan oleh Tuhan. Karena merasa sebagai "manusia
pilihan" (the chosen people), mereka pun yakin bahwa Tuhan pasti
mengabulkan do'a mereka, dan dari langit akan diturunkan seseorang yang diutus
sebagai juru selamat. Utusan itu akan tampil sebagai seorang messiah, seorang
pemimpin agama. Jadi lama kelamaan sikap jiwa menantikan juru selamat dari
langit itu tumbuh menjadi permanen dalam bentuk kepercayaan keagamaan.[2]
Pada intinya
gerakan mesianisme percaya dan mengharapkan kedatangan seorang juru selamat
(mesias) yang akan mendirikan kerajaan allah di bumi ini sebagai kekuatan yang
sanggup memberikan pembebasan kepada semua jenis kategori umat manusia dari
penindasan dan penderitaan. Dan beberapa sekte (aliran chilianisme) harus
mengakui kekecewaannya karena tebakan mengenai waktu berakhirnya dunia ini
selalu salah. Walaupun gerakan mesianisme itu pada awal mulanya bersifat
religious murni, namun pada masa kemudian harus di akui bahwa gerakan itu
berubah menjadi gerakan politik,atau paling sedikit berorientasi pada politik.[3]
Bagi
nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan
berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini menyatakan
bahwa jika anak memiliki pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat,
sebaliknya apabila mempunyai pembawaan baik, maka dia menjadi orang yang baik.
Pembawaan buruk dan pembawaan baik ini tidak dapat dirubah dari kekuatan luar.[4]
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan
tentara swasta pro-Belanda yang didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini
didirikan oleh mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari
kesatuan Depot Speciale Troepen
(depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15 Januari
1949. Nama milisi ini
berasal dari bagian dari kitab ramalan Jawa Kuna Ramalan Jayabaya yang meramalkan kedatangan
seorang "Ratu Adil" yang merupakan keturunan Turki.
Karena mempunyai warisan darah campuran Turki, Westerling memandang dirinya
sebagai sang "Ratu Adil"
yang diramalkan akan membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani".[5]
1.2
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang
di atas dapat di rumuskan sebagai berikut :
1. Apa
yang di maksud dengan milenarianisme ?
2. Apa
yang di maksud dengan mesianisme ?
3. Apa
yang di maksud dengan nativisme ?
4. Apa
itu yang di maksud dengan ratu adil ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dari rumusan di atas yaitu :
1. Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan milenarianisme.
2. Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan mesianisme.
3. Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan nativisme.
4. Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan ratu adil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Milenarianisme
Suatu kepercayaan akan datangnya suatu jaman yang
memhawa kebahagiaan seperti yang dahulu dialami nenek moyang suatu bangsa,
Datangnya millenium, jaman keemasan, akan membawa perubahan radikal dalam
struktur masyarakat dan kebudayaan yang ada sekarang. Penganut kepercayaan ini
menginginkan hidupnya kembali nilai-nilai tradisional dan mengidamkan keadaan
masyarakat yang ideal, seperti tidak ada pertentangan, penderitaan,
ketidakadilan, sebaliknya sandang pangan berlimpah, hidup tenteram, dsb. Oleh
sebab itu, gerakan ini sebenarnya merupakan satu bentuk gerakan revitalisasi
dan nativistik yang sering terjadi pada suku-suku bangsa di Afrika, Asia,
Pasifik, dan Amerika.
Milenarianisme umumnya muncul sebagai reaksi
terhadap dominasi bangsa Barat atas daerah jajahannya. Masyarakat yang bereaksi
menginginkan perubahan total, sehingga gerakan ini pada dasarnya bersifat
revolusioner. Pendorong utama meletupnya gerakan milenarian adalah adanya
pengaruh unsur kebudayaan Barat, yang menimbulkan kesenjangan dengan penduduk
setempat.[6]
Milenarianisme (kadang-kadang dieja milenarisme) adalah suatu keyakinan
oleh suatu kelompok atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik tentang suatu
transformasi besar dalam masyarakat dan setelah itu segala sesuatu akan berubah
ke arah yang positif (atau kadang-kadang negatif atau tidak jelas). Milenialisme
adalah suatu bentuk Milenarianisme spesifik berdasarkan suatu siklus seribu
tahunan, dan ini khususnya sangat penting di lingkungan Kekristenan.
Pendapat lain
tentang milenerianisme yaitu bergantung pada pemahaman tentang suatu jaringan
kerja yang ruwet dari tidak merasa, namun ia memberikan ruang yang cukup lapang
bagi siapa pun yang menganut pandangan yang sepenuhnya dispensasional.
Kerusakan yang menghancurkan yang dilakukan terhadap doktrin-doktrin Kristen
yang utama di sini terjadi tanpa di sadari, seperti yang umumnya terjadi dalam
literature konservatif.[7]
Kelompok-kelompok milenarian
biasanya mengklaim bahwa masyarakat masa kini dan para penguasanya korup, tidak
adil, atau menyimpang. Karena itu mereka percaya bahwa mereka akan segera
dihancurkan oleh suatu kekuatan yang dahsyat. Sifat yang berbahaya dari status
quo ini selalu dianggap tidak dapat diubah tanpa adanya perubahan dramatis yang
telah diharapkan. Dalam beberapa orang yang menganut milenarianisme Abad
Pertengahan, dunia dianggap dikendalikan oleh setan dan bahkan sampai
abad ke-19 milenarianisme Tionghoa menggunakan suatu motif seperti ini, namun
"setan"nya mempunyai suatu konotasi budaya yang sedikit berbeda.[8]
Di Indonesia
cukup banyak terjadi gerakan keagamaan yang bersifat milenarianistis.
Kecenderungan yang terlihat adalah peranan para pemimpinnya sebagai Ratu Adil
yang akan membawa kebahagiaan. Gerakan ini paling banyak terjadi di Pulau Jawa,
yang memang menjadi pusat pemerintahan kolonial Belanda, misalnya peristiwa Nyi
Aciah (1870-1871) di Sumedang, Jawa Barat.
Contoh lain
adalah peristiwa Jasmani di Kediri Jawa Timur, yang dimulai pada tahun 1877.
Peristiwa ini bermula dari ramalan Amat Mukiar (seorang gUru yang suka bertapa
dan menyepi) bahwa akan datans Kerajaan Sultan Adil pada akhir tahun Jawa. Pada
saat itu, Jasmani, salah seorang muridnya, akan dinobatkan sebagai Ratu Adil
Igama, karena itu Amat Mukir menuntut para muridnya patuh terhadap Jasmani.
Jasmani sendiri kemudian menyebarluaskan gagasan milenarian itu di Blitar dan
mempersiapkan pemberontakan terhadap Belanda. Namun, sebelum ia sempat
bergerak, pemerintah kolonial menangkapnya.
2.2 Mesianisme
Mesianisme
adalah suatu faham menantikan datangnya seorang "messiah" yang bakal
menyelamatkan umat manusia dan mewujudkan keadilan bagi penduduk bumi.
Perkataan "messiah" sendiri berasal dari bahasa Ibrani,
"messiah" yang merupakan padanan atau cognate perkataan Arab
al-masih. Dari sudut tinjauan kesejarahan, mesianisme sebagai unsur faham
keagamaan yang kuat muncul pertama-tama di kalangan bangsa Yahudi ketika mereka
mengalami masa perbudakan ("era of captivity") di Babilonia pada
sekitar tujuh abad sebelum Masehi. Perbudakan itu sendiri adalah akibat
kekalahan mereka menghadapi serbuan tentera Nebukadnezar yang menghancurkan
negeri mereka, Samaria dan Judea, di Kanaan (Palestina Selatan) dan Yerusalam
hal-Quds, Bait al-Maqdis), ibukota mereka. Kaum Yahudi yang kalah itu kemudian
diboyong ke lembah Mesopotamia untuk kerja paksa.
Dalam keadaan tak mampu menolong diri sendiri itu, kaum Yahudi secara putus asa menengadah ke langit, memohon pembebasan oleh Tuhan. Karena merasa sebagai "manusia pilihan" (the chosen people), mereka pun yakin bahwa Tuhan pasti mengabulkan do'a mereka, dan dari langit akan diturunkan seseorang yang diutus sebagai juru selamat. Utusan itu akan tampil sebagai seorang messiah, seorang pemimpin agama. Jadi lama kelamaan sikap jiwa menantikan juru selamat dari langit itu tumbuh menjadi permanen dalam bentuk kepercayaan keagamaan.[9]
Dalam keadaan tak mampu menolong diri sendiri itu, kaum Yahudi secara putus asa menengadah ke langit, memohon pembebasan oleh Tuhan. Karena merasa sebagai "manusia pilihan" (the chosen people), mereka pun yakin bahwa Tuhan pasti mengabulkan do'a mereka, dan dari langit akan diturunkan seseorang yang diutus sebagai juru selamat. Utusan itu akan tampil sebagai seorang messiah, seorang pemimpin agama. Jadi lama kelamaan sikap jiwa menantikan juru selamat dari langit itu tumbuh menjadi permanen dalam bentuk kepercayaan keagamaan.[9]
Pada intinya
gerakan mesianisme percaya dan mengharapkan kedatangan seorang juru selamat
(mesias) yang akan mendirikan kerajaan allah di bumi ini sebagai kekuatan yang
sanggup memberikan pembebasan kepada semua jenis kategori umat manusia dari
penindasan dan penderitaan. Dan beberapa sekte (aliran chilianisme) harus
mengakui kekecewaannya karena tebakan mengenai waktu berakhirnya dunia ini
selalu salah. Walaupun gerakan mesianisme itu pada awal mulanya bersifat
religious murni, namun pada masa kemudian harus di akui bahwa gerakan itu
berubah menjadi gerakan politik,atau paling sedikit berorientasi pada politik.[10]
2.3
Nativisme
Nativisme adalah pandangan bahwa
keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah
atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Pandangan ini
berlawanan dengan empirisme,
teori tabula rasa,
yang menyatakan bahwa otak hanya mempunyai sedikit kemampuan bawaan dan hampir
segala sesuatu dipelajari melalui interaksi
dengan lingkungan.[11]
Aliran
Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Tokoh aliran Nativisme adalah Schopenhaur (filsuf Jerman 1788-1860)
berpendapat bahwa bayi lahir itu sudah dengan bawaan baik dan buruk. Istilah
Nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme,
lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan anak. Aliran ini berpandangan bahwa perkembangan
individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Oleh karena itu, hasil
pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian,
menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri.
Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna
bagi perkembangan anak itu sendiri.[12]
Sementara
itu, di bidang budaya terjadi arus lain yaitu derasnya kebangkitan
spiritualisme yang nativistik yang melahirkan nativisme. Kebangkitan ini agak
mempunyai kaitan erat dengan proses sekularisasi atau spatialisasi.tempat
ibadah dunia bukan masjid atau pun gereja akan tetapi pabrik-pabrik besar dan
bendungan-bendungan raksasa. Memang sepanjang sejarahnya tauhid sebagai fondasi
bangunan islam sering di landa aliran nativis.[13]
Teori
nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini
berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuh kembangan bukan karena faktor
pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh
bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak
ada gunanya san tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan it
upaya itu justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuhkembangan anak tidak
perlu diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuhkembangan anak
terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.[14]
2.4 Ratu Adil
Ratu Adil (Satria Piningit)
merupakan mitologi yang mengatakan bahwa akan datang seorang pemimpin yang akan
menjadi penyelamat, ia akan membawa keadilan dan kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Raja tersebut disebut juga "Erucokro". Ramalan tentang
datangnya Ratu Adil ini berasal dari Prabu Jayabaya.
Pertanda kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam,
serta jatuhnya raja besar yang ditakuti. Pemerintahan yang mengganti raja yang
ditakuti tidak berlangsung lama. Setelah itu, tibalah hari kiamat. Salah satu
tokoh yang dianggap sebagai Ratu Adil adalah Imam Mahdi.[15]
Mesianisme
yang timbul di jawa tengah dan jawa timur cenderung untuk menyatakan dirinya
dalam gerakan ratu adil, yang dalam beberapa hal jenis gerakan semacam ini
masih dapat di jumpai di daerah tersebut pada masa sekarang. Di jawa barat di
daerah sunda, gerakan semacam itu juga muncul dengan nama gerakan ratu sunda.
Namun di jawa tengah gerakan ratu adil muncul masa yang panjang. [16]
Masa
orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah
masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan
dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah
datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.
Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.[17]
Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.[17]
2.5 CONTOH GERAKAN SOSIAL RATU ADIL
Gerakan Di Desa Sementara Sidoarjo, Jawa Timur Tahun 1903 Di Pimpin Oleh Kasan
Mukmin
Pada tahun
1903 seorang kiai dari desa Samentara di Kabupaten Sidoarjo, bernama Kasan
Mukmin, mulai bertindak sebagai orang yang menerima wahyu dan mengaku sebagai
pejelmaan Imam Mahdi yang akan mendirikan sebuah kerajaan baru di Jawa. Ia
berkhotbah bahwa perang jihad akan diumumkan untuk melawan pemerintah belanda.
Sebelum memproklamirkan diri sebagai juru selamat, Kasan Mukmin telah
mengumumkan sekelompok pengikut di sekelilingnya. Ia membagi-bagikan jimat dan
menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan untuk menyembuhkan penyakit. Tetapi
pengetahuannya tentang ajaran Islam tampak kurang, sedangkan menurut penasehat
Belanda, “pengetahuan ngelmu-nya tentang masalah-masalah Islam sangat
meragukan.”
Berlatar
belakang sebagai seorang santri dan punya koneksi dengan beberapa orde tarekat,
Kasan memobilisir sekaligus meyakinkan pengikutnya akan kemenangan terhadap
senapan-senapan Belanda. Menurut rencana semula, pemberontakkan akan
dilaksanankan pada hari Minggu 29 Mei atau Ahad Legi 14 Maulud, kemudian
diajukan pada hari Jumat tanggal 27 Mei bertepatan dengan Grebeg
Mauud, yaitu perayaan hari kelahiran Nabi. Pertempuran berakhir singkat, dan
dalam kondisi ketakutan para pemberontak melarikan diri untuk menghindari
tembakan dari pasukan pemerintah. Dalam pertempuran itu residen menderita
luka-luka dan meninggalkan korban sejumlah 40 orang mati dan 20 orang laiinnya
luka-luka. Sejumlah orang yang dicurigai dan pemberontak yang dikenal, ditangkap.Kasan Mukmin sendiri akhirnya
terbunuh karena menolak untuk ditawan. Jumlah orang yang ditawan ada 83 orang.
Gerakan lain seperti gerakan di desa bendungan yang di pimpin oleh Dermojoyo.
Gerakan
mesianisme pada masa berikutnya muncul pada tahun 1907 di desa Bendungan
wilayah Kabupaaten Berbek di Karesidenan Kediri. Pemimpin dari gerakan ini
bernama Dermodjojo, seorang petani kaya dari desa Bendungan yang berusia 60
tahun. Di samping tersebar di masyarakatnya bahwa ia punya cerita ajaib
di masa kelahirannya, ia juga termasuk seorang santri tekun yang berkeliling
untuk menimba ilmu dari beberapa pesantren dan Kiai.[5]
Belum
diketahui secara pasti kapan gerakan ini dimulai. Tapi yang jelas, setelah
Dermodjojo memproklamirkan dirinya sebagai ratu adil. Ia bermimpi telah
ditakdirkan untuk menjadi Ratu Adil, dan hal ini diperkuat dengan cerita-cerita
orang lain yang memimpikan dia akan menjadi tokoh pejuang ideal tersebut.
Proklamasi Dermodjojo sebagai Ratu Adil terjadi pada bulan Januari 1907, yaitu
ketika diadakan perayaan untuk menyambut pengumumannya itu yang jatuh pada
tanggal 23 bulan Besar (bulan Jawa). Sesudah itu ia banyak melakukan
indroktrinasi kepada para pengikuutnya tentang kepercayaan bahwa Tegog dan
Semar akan darang untuk membebaskan rakyat. Dua tokoh ini membawa air titra
wilayat yang dapat menghidupkan orang yang telah meninggal. Kepercayaan
ini ternyata kian memperkuat para pengikut Dermodjojo melancarkan serangan
terhadap musuhnya.
Setelah
tersiar berita bahwa Dermodjojo sedang menggalang pengikut untuk merencanakan
pemberontakan, maka pada 29 Januari bupati Ngajuk bersama-sama sepasukan polisi
bergerak menuju ke desa Bendungan untuk kemudian mengepung rumah Dermodjojo.
Tidak kurang dari satu hari, pemberontakkan segera padam, dengan kekalahan di
pihak Dermodjojo beserta para pengikutnya. Dermodjojo beserta 19 anak
kandungnya, dan 49 orang ditawan, serta 9 orang lainnya luka-luka.
Sepertinya
pemberontakkan yang dikomandoi Dermodjojo tidak sebatas dijiwai oleh perasaan
tidak puas dari pihak rakyat pedesaan, melainkan juga hasil ketaatan
membabibuta para pengikut yang mempecayai mitos keistimewaan dan keratu-adilan
Dermodjojo.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Suatu kepercayaan akan datangnya suatu jaman
yang memhawa kebahagiaan seperti yang dahulu dialami nenek moyang suatu bangsa,
Datangnya millenium, jaman keemasan, akan membawa perubahan radikal dalam
struktur masyarakat dan kebudayaan yang ada sekarang. Milenialisme
adalah suatu bentuk Milenarianisme spesifik berdasarkan suatu siklus seribu
tahunan, dan ini khususnya sangat penting di lingkungan Kekristenan.
Mesianisme
adalah suatu faham menantikan datangnya seorang "messiah" yang bakal
menyelamatkan umat manusia dan mewujudkan keadilan bagi penduduk bumi. Pada
intinya gerakan mesianisme percaya dan mengharapkan kedatangan seorang juru selamat
(mesias) yang akan mendirikan kerajaan allah di bumi ini sebagai kekuatan yang
sanggup memberikan pembebasan kepada semua jenis kategori umat manusia dari
penindasan dan penderitaan.
Aliran
Nativisme adalah aliran yang lebih menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga faktor lingkungan dianggap kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Sementara itu, di bidang budaya terjadi arus lain yaitu derasnya
kebangkitan spiritualisme yang nativistik yang melahirkan nativisme. Pertanda
kedatangan Ratu Adil adalah adanya kemelut sosial, malapetaka alam, serta
jatuhnya raja besar yang ditakuti. Pemerintahan yang mengganti raja yang
ditakuti tidak berlangsung lama. Setelah itu, tibalah hari kiamat. Salah satu
tokoh yang dianggap sebagai Ratu Adil adalah Imam Mahdi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.oocities.org/fauzy70/para/p026.html
https://books.google.co.id/books?id=6Cg47GP_SzkC&pg=PA65&dq=mesianisme&hl=id&sa=X&ei=OoVQVZj6JuWxmwW8iYDADg&ved=0CCcQ6AEwAg#v=onepage&q=mesianisme&f=false
http://teoribelajarnativisme.blogspot.sg/
https://books.google.co.id/books?id=X5XjAAAAMAAJ&q=nativisme&dq=nativisme&hl=id&sa=X&ei=-r1QVaqhMIGusAHGuIHABA&ved=0CDgQ6AEwBQ
http://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Adil
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Milenarianisme
[2] http://www.oocities.org/fauzy70/para/p026.html
[3]https://books.google.co.id/books?id=6Cg47GP_SzkC&pg=PA65&dq=mesianisme&hl=id&sa=X&ei=OoVQVZj6JuWxmwW8iYDADg&ved=0CCcQ6AEwAg#v=onepage&q=mesianisme&f=false
[4] http://www.tuanguru.com/2012/01/teori-nativisme-empirisme-konvergensi.html
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Angkatan_Perang_Ratu_Adil
[6] http://arti-definisi-pengertian.info/pengertian-milenarianisme/
[8] http://id.wikipedia.org/wiki/Milenarianisme
[10]https://books.google.co.id/books?id=6Cg47GP_SzkC&pg=PA65&dq=mesianisme&hl=id&sa=X&ei=OoVQVZj6JuWxmwW8iYDADg&ved=0CCcQ6AEwAg#v=onepage&q=mesianisme&f=false
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Nativisme
[12] http://teoribelajarnativisme.blogspot.sg/
[13]https://books.google.co.id/books?id=X5XjAAAAMAAJ&q=nativisme&dq=nativisme&hl=id&sa=X&ei=-r1QVaqhMIGusAHGuIHABA&ved=0CDgQ6AEwBQ
[14] https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/penerapan-aliran-nativisme-dalam-pembelajaran-2/
[15] http://id.wikipedia.org/wiki/Ratu_Adil
[16]https://books.google.com.sg/books?id=N5jc0h1BktwC&pg=PA424&lpg=PA424&dq=pengertian+gerakan+ratu+adil&source=bl&ots=yQA5iqvAvn&sig=RWsSB7zvD1DIVJfA1AXwG3r-Z-E&hl=id&sa=X&ei=dsdQVav6AcejuQSo54GQBw&ved=0CCMQ6AEwAQ#v=onepage&q=pengertian%20gerakan%20ratu%20adil&f=false
[17] https://benderahitam2.wordpress.com/imperium-iii-kebangkitan-indonesia-program-ishadi-sk-dan-eko-laksono/ramalan-jayabaya-ratu-adil-dan-zaman-keemasan-indonesia/
Comments