SEJARAH TEH KAYU ARO KERINCI



BAB I
PENDUHULUAN
        A.    Latar Belakang
Menulis sejarah dan klaim akan kebenaran tentang masa lampau menjadi demikian penting karena sejarah di anggap sebagai dasar kesadaran sejarah yang fungsinya untuk memperkokoh identitas nasional atau kolektif.[1]  Salah satunya adalah sejarah social yang  mempunyai garapan yang luas dan beraneka ragam, kebanyakan sejarah social juga berhubungan dengan sejarah ekonomi sehingga menjadi semacam sejarah social-ekonomi.[2] Indonesia yang sebagian besar wilayahnya di jajah oleh Belanda meninggalkan sejarah-sejarah yang menarik dan membekas di lingkungan masyararakatnya. Salah satunya adalah kabupaten Kerinci yang meninggalkan sebuah perkebunan the yang menjadi saksi bisu sejarah kerinci pada masa colonial.
Kabupaten Kerinci adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. yang ditetapkan sebagai Kabupaten sejak awal berdirinya Provinsi Jambi dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh.[3] Pada tahun 2011, pusat pemerintahan berpindah ke Siulak. Kabupaten Kerinci memiliki luas 3.355,27 km² terdiri atas 12 kecamatan.
Berdasarkan Catatan China menyebut ada sebuah negeri yang bernama Koying yang berdiri di Abad 2 SM terletak disebuah dataran tinggi dan memiliki Gunung api.[4] Beberapa Ahli berpendapat bahwa Koying identik dengan dataran tinggi Kerinci. Tahun 1901 M, Belanda Mulai Masuk Ke Alam Kerinci melewati renah Manjuto di Lempur hingga terjadi peperangan dengan beberapa Pasukan Belanda, Pasukan Belanda gagal memasuki Alam Kerinci.  Tahun 1903 M, Belanda berhasil membujuk Sultan Rusli, Tuanku Regent sekaligus menjabat Sultan Indrapura untuk membawa pasukan Belanda ke Alam Kerinci dengan tujuan agar tidak terjadi perlawanan dari rakyat Kerinci. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Perlawanan Rakyat Kerinci begitu hebatnya hingga terjadi peperangan selama Tiga bulan di Pulau Tengah. Peperangan Pulau Tengah dibawah komando Depati Parbo memakan korban perempuan dan anak-anak yang begitu banyak setelah Belanda membakar habis Kampung tersebut. Tahun 1904 M, Kerinci takluk dibawah pemerintahan Belanda setelah kalah Perang dan Depati Parbo di Buang Ke Ternate.[5] Setelah itu Belanda menguasai sebagian besar wilayah Kerinci.
Setelah Belanda menduduki kerinci, mereka mulai melihat potensi alam kerinci yang melimpah. Salah satunya adalah tanahnya yang subur dan temperatur udara yang dingin sehingga di bukalah perkebunan teh di wilayah Kayu Aro yang berdasarkan keterangan kepala Manager perusahaan teh Kayu Aro sudah di mulai sejak tahun 1920. Dalam pembukaan perkebunan tersebut membutuhkan pekerja yang banyak sehingga belanda pada masa itu mendatangkan pekerja dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan di datangkannya banyak orang baru di kerinci tentu membuat wilayah tersebut semakin ramai dan tentu percampuaran kebudayaan terjadi disana selain itu bagaimana kehidupan para pegawai perkebuanan pada masa itu menjadi topic yang menarik untuk di bahas. Maka dari itu topic penelitian ini kami beri judul “Sejarah Sosial: Kehidupan Pekerja Kebun The Kayu Aro masa Kolonial tahun 1920-1942).

       B.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan di ungkap pada penelitian ini adalah bagaimana sejarah berdirinya perkebunan teh Kayu Aro dan bagaimana kehidupan para pekerja pada masa itu.


BAB II
PEMBAHASAN

         A.    Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro
Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, Kerinci masuk ke dalam Karesidenan Jambi (1904-1921), kemudian berganti di bawah Karesidenan Sumatra's Westkust (1921-1942). Pada masa itu, Kerinci dijadikan wilayah setingkat onderafdeeling yang dinamakan Onderafdeeling Kerinci-Indrapura. Setelah kemerdekaan, status administratifnya dijadikan Kabupaten Pesisir Selatan-Kerinci. Sedangkan Kerinci sendiri, diberi status daerah administratif setingkat kewedanaan.[6]
Yanto Manager Perusahaan Teh Kayu Aro mernjelaskan bahwa pembukaan perkebunan sudah di mulai sejak tahun 1920, namun sebelumnya juga sudah di mulai di sungai lintang namun masih dalam sekala yang kecil. Rancangan awal Belanda adalah membuka seluas 800 hektar. Pak Yanto juga menjelaskan bahwa orang Belanda sangat memahami ilmu pertanian dan juga Biologi sehingga mereka tidak ragu untuk membuka perkebunan teh seluas mungkin di wilayah Kerinci guna menunjang perekonomian Negara Belanda.[7]
Kebun Kayu Aro dibuka pada tahun 1925 sampai dengan 1928 oleh Perusahaan Belanda yaitu NV. HVA (Namlodse Venotchaaf Handle Veriniging Amsterdam). Penanaman pertama dimulai pada tahun 1929 dan Pabrik Teh didirikan tahun 1932. Sejak mulainya dibuka Teh yang dihasilkan adalah Jenis Teh Hitam (Ortodox).[8]
Pak Yanto menjelaskan bahwa pada tahun 1826 Belanda menanam kopi, tetapi tidak berproduksi maksimal. Sehingga pada tahun 1920 di gantikan dengan tanaman Teh. 1925 di bangun pabrik The dengan bahan bakar pada saat itu adalah kayu bakar.[9]
Pada tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959 tentang “Penentuan Perusahaan Pertanian/Perkebunan milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi”, diambil alih Pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu berturut-turut Kebun Kayu Aro mengalami perubahan Status/Organisasi dan manajemen sesuai dengan keadaan yang berlaku, yaitu:
1.      Tahun 1959 s.d 1962 Unit Produksi dari PN Aneka Tanaman VI.
2.      Tahun 1963 s.d 1973 bagian dari PNP Wilayah I Sumatera Utara.
3.      Mulai tanggal 01 Agustus 1974 menjadi salah satu Kebun dari PT. Perkebunan VIII yang berkedudukan di Jln. Kartini No. 23 Medan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11/1996 Tanggal 14 Pebruari 1996 dan Surat Keputusan Mentri keuangan RI No. 165/KMK.016/1996 tanggal 11 Maret 1996, PTP VIII Termasuk Kayu Aro dan PTP Lainnya yang ada di Sumbar/Jambi dikonsilidasi menjadi menjadi PTP Nusantara VI (Persero). Maka terhitung tanggal 11 Maret 1996, Kebun Kayu Aro telah menjadi salah satu Unit Kebun dari PTP Nusantara VI (Persero) yang berkantor pusat di Jalan Zainir Havis No. 1 Kota Baru Jambi.[10]



       B.     Kehidupan Pegawai Kebun Teh Kayu Aro masa Kolonial 1920-1925
Secara mayoritas Kecamatan Kayo Aro Barat di tingali etnis Jawa yang tinggal sejak zaman colonial belanda. Yang dilatar belakangi VOC mengirimkan orang Jawa ke Kecamatan Kayu Aro. Kabupaten Kerinci sebagai tenaga kerja kontrak yang disebut Paedah di Pabrik Kebun teh dan Kebun Kina.[11]
Pak Yanto yang merupakan manager pabrik dan sekaligus saksi sejarah perkebunan teh menjelaskan bahwa pegawai perkebunan banyak di datangkan dari daerah Jawa. Selain itu berdasarkan keterangan Pak Sarmin yang merupakan mandor di Kebun teh beliau menjelaskan bahwa pabrik kebun teh di buka tahun 1925. Banyak pegawai yang di bawa colonial dari daerah Jawa. Para pegawai di lengkapi semua kebutuhan atau alat yang di gunakan sebagai keperluan membuka kebun dan juga memetik daun teh.
Pak sarmin juga menjelaskan bahwa pada masa Belanda para pegawai di pekerjakan secara paksa, untuk membuka perkebunan teh. Bapak dari pak sarmin merupakaan pelaku sejarah pada masa colonial, beliau merupakan pegawai yang berasal dari jawa. Pak sarmin menjelaskan bahwa kehidupan ayahnya pada masa itu sangat sulit di mana menjadi kejar-kejaran oleh tentara Belanda. Banyak juga pegawai yang meninggal akibat kekejaman colonial dan di kuburkan di sekitar pabrik.
Dahulunya etnis Jawa di pekerjakan di sebagai penanam dan pengurus pabrik sehingga orang Jawa menetap didaerah setempat awal mula Desa Patok Empat yang di berikan Belanda ke orang Jawa untuk di tempati dan masing-masing warga mendapat petak-petak tanah untuk membuat rumah, namun tanah tersebut hanya diberikan sebagai tempat tinggal sementara. Selepas balanda lepas dari kekuasaan terhadap Indonesa membuat orang Jawa mulai mencari tempat tinggal yang baru untuk mereka tinggali sehingga muncul pemukiman baru. Pada tahun 1930 Perkebunan teh mulai di Nasionalisasikan oleh pemerintahan Indonesia dan mulau beroperasi kembali sehingga daerah yang mulai ditetapkan pemerintah milik Negara mengakibatkan mulai timbul sistem bahwa rumah-rumah peninggalan belanda merupakan milik Negara atau milik perkebunan teh sehingga masyarakat yang tinggal di rumah tersebut adalah pegawai atau buruh namun untuk masa pensiun berumur 50 tahun membuat warga yang tinggal di daerah seperti Patok Empat, Bedeng Delapan dan Bedeng Dua harus pindah dan membeli tanah di daerah pemukiman baru seperti Desa Sako Dua, Sungai Lintang dan Kebun baru bahkan ada yang membuka lahan baru di daerah Bedeng Dua dan Patok Empat sehingga mulai masyarakat mensertifikasi hak milik tanah bahkan masih ada tanah yang tidak bersertifikasi.[12]
Masyrakat Jawa yang merupakan pendatang di Kerinci, tentu bukan hal yang mudah. Geografis dan kebudayaan yang berbeda membuat mereka harus beradaptasi. Tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pegawai yang merupakan orang Jawa menjelaskan tidak ada konflik serius antara suku Jawa dan Kerinci, konflik tersebut hanya sebatas isu di masyarakat. Kehidupan orang jawa yang cenderung berkelompok




DAFTAR PUSTAKA


[1] Henk Schulte Nordholt, dkk. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. (Jakarta: Pustaka Larasan, 2013). Hal 1
[2] Kuntowijoyo. Metodolgi Sejarah. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2003) hal 39.
[3]Kabupaten Kerinci. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kerinci. di akses 3 november 2015
[4]  Idris jakfar, Sejarah Kerinci Purba.( Kerinci : Balai Pustaka. 1994) Hal 5
[5] Kabupaten Kerinci. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kerinci. di akses 3 november 2015
[6] Kabupaten Kerinci. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Kerinci. di akses 3 november 2015
[7] Yanto, Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro, Kerinci. 30 Oktober 2015.
[8] Kayu Aro.  https://www.facebook.com/SungaiJambuKayuAroKerinciDjambi/posts/403932503014016. di akses 4 november 2015
[9] Yanto, Sejarah Perkebunan Teh Kayu Aro, Kerinci. 30 Oktober 2015.
[10] Kayu Aro.  https://www.facebook.com/SungaiJambuKayuAroKerinciDjambi/posts/403932503014016. di akses 4 november 2015
[11] Tresno. Pola Penyebaran Etnis Jawa di Kasyu Aro. https://tresnoantrobio.wordpress.com/2014/12/12/pola-penyebaran-etnis-jawa-di-enam-desa-kec-kayu-aro-barat-kab-kerinci-provinsi-jambi/. Di akses 4 november 2015
[12] Tresno. Pola Penyebaran Etnis Jawa di Kasyu Aro. https://tresnoantrobio.wordpress.com/2014/12/12/pola-penyebaran-etnis-jawa-di-enam-desa-kec-kayu-aro-barat-kab-kerinci-provinsi-jambi/. Di akses 4 november 2015

Comments

Popular posts from this blog

Dinasti Ghaznawiyah (977 M – )

HISTORIOGRAFI AFRIKA

PROYEKSI PETA