JAMBI MASA SEJARAH



BAB I
PENDAHULUAN

 
       A.    Latar Belakang

Provinsi jambi dalam wawasan sejarah Nasional dahulu merupakan dearah pusat Kerajaan Melayu, sayangnya struktur pemerintahan dan kemasyarakatannya belum diketahui dengan jelas.Struktur pemerintahan masyarakat Adat Jambi baru dapat diketahui dengan jelas masa pemerintahan Kesultanan Jambi pada abad ke 15 dan 16.[1]

Bagi masyarakat Melayu Jambi, adat mereka adalah Islam. Islam dan adat adalah dua hal yang tidak terpisah. Sebuah seloko yang sering diulang-ulang adalah “adat bersendi syara’, syara’ bersendi kitabullah, syara’ mengato adat memakai”. Seloko ini berarti bahwa adat atau kebiasaan masyarakat Melayu Jambi didasarkan pada syariat yang berasal dari kitab suci; apa yang dititahkan syariat, akan dipakai oleh adat.[2]

Jadi seharusnya kita mengangkat harkat dan menghargai betapa para pendahulu kita telah berbuat banyak keagungan dearah ini. Untuk itu dalam makalah ini akan di jelaskan bagaiman sejarah adat melayu jambi dari masa ke masa dengan makalah yang berjudul “SEJARAH MELAYU JAMBI KONTEMPORER (Sejarah Adat)”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Melayu Jambi Kontemporer di Program Study Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi. Selain itu untuk menambah wawasan bagi pembaca dan bagi penulis sendiri mengenai sejarah melayu jambi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Adat Jambi Masa Pra Hindu Budha

                 Christofer Dowson mengatakan : agama adalah kunci sejarah, kita dapat memahami bentuk dalam diri suatu masyarakat, jika kita tidak memahami bentuk  hasil kebudayaan dan dapat memahami kepercayaan agama yang ada disikitar kita. Dalam semua zaman hasil karya kreatif bersama dan suatu kebudayaan muncul dari inspirasi agama dan di abadikan pada tujuan keagamaan.[3]
                 Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.[4]Menurut kepercayaan anisme roh roh nenek moyang itu dapat dipanggil dengan perantaran seoarng ahli atau dukun. Kepercayaan manusia purba terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dunia.
Menurut mereka, arwah nenek moyang selalu memperhatikan mereka dan melindungi, tetapi akan menghukum mereka juga kalau melakukan hal-hal yang melanggar adat. Dengan demikian, orang tua yang mengetahui dan menguasai adat nenek moyang akan menjadi pemimpin masyarakat. Penghormatan kepada nenek moyang dilakukan dengan pimpinan orang tua tersebut, yang diterima oleh masyarakat sebagai ketua adat.[5]
                 Dalam kepercayaan dinamisme segala yang terdapat dalam alam ini adalah mempunyai semangat atau kekuatan yang menjelma dalam sekalian makhluk seperti pohon pohon raksasa gunung, batu batu besar dan lain lain.Orang yang kurang semangat atau kekuatanya menjadi sakit misalnya mohon dapat ditambah semangatnya seperti memakai berbagai azimat dan lain lain.

B.     Adat Jambi Masa Hindu Budha
Situs Purbakala Kompleks Percandian Muaro Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Indonesia yang kemungkinan besar merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terletak di Kecamatan Muaro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia, tepatnya di tepi Batang Hari, sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi.[6]
                 Kerajaan melayu Jambi berdirinya pada abad IV dan V masehi. Kerajaan ini tidaklah memusatkan perkembangan kerajaanya pada sektor pertanian, melainkan pada sektor perdagangan,untuk mengembangkan usaha perdagangan ini mereka memusatkan kekuatanya pada pelayaran atau pada kekuatan maritim.
                 Pada bagian terdahulu telah kita jelaskan bahwa sebelum datang agama hindu masyarakat atau penduduk jambi telah menganut kepercayaan yang kita sebut anismisme dan dinamisme. Dengan kedatangan agama hindu tentulah terjadi asimilasi dan akulkuturasi diantara kedua kepercayaan itu merubah sistem dan tingkah laku masyarakat serta kepercayaan, filasafat hidup dan cita cita serta lain lain sebagainya.Peninggalan agama hindu ini masih dapat kita lihat dalam masyarakat seperti warna warna yang dipadukan yaitu warna hitam kuning dan hijau yang melambangkan kepercayaan Hinduisme (trimurti).
                 Sepuluh abad lalu, seorang Buddha asal India bernama Atisha pergi ke Jambi untuk menetap dan belajar di sebuah pergu-ruan tinggi yang sekarang dikenal sebagai Candi Muarajambi.Sepulang dari Muarajambi, Atisha mengembangkan sebuah aliranBuddha yang menjadi cikal bakal Buddha Tibet (Tibetan Buddha). Candi Muarajambi yang dulu merupakan universitas terkemuka,bersama dengan Nalanda di India, tentu saja memiliki mahasiswayang datang dari belahan lain di dunia, seperti halnya Atisha.[7]
                 Perkembangan agama budha di kerajaan Melayu Jambi berjalan dengan sangat pesat. Agama Budha ini masuk jauh kepedalaman Daerah jambi dan tesebar secara luas dan banyak sekali meninggalkan bekas bekasnya berupa arca dan bangunan candi candi seperti candi tinggi,candi astono dan lain lain sebagian terdapat di kompleks percandian Muaro jambi.
                 Agama Budha ini menjadi filasafat hidup dan pedoman tingkah laku manusia (masyarakat) dan juga kitab kitab agama budha dipelajari sebagai sumber hukum dan tingkah laku dalam pergaulan sehari hari. Pada masa Agama Budha ini mereka telah pandai menulis dan dikenal dengan huruf pallawa. Bukti hal ini dapat kita lihat pada batu bertulis di Karang Birahi Kabupaten Merangin.
Bentuk Pengaruh Hindu Budha :
1.      Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)
2.      Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama c.
3.      Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra) d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan Indonesia

C.    Adat Jambi Masa Islam
                        Pada permulaan abad ke-8 salah seorang raja Melayu Jambi (Sri Maharaja Srindrawarman) menganut agama Islam. Namun, antara permulaan abad ke-8 dan permulaan abad ke-12 terjadi masa vacum dakwah Islam di Jambi. Agama Islam mazhab Syafi’i baru mulai berkembang di Jambi, setelah daerah ini takluk di bawah kekuasaan Samudra Pasai (1285-1522).
Agama Islam yang menyebar di Jambi berasal dari Samudra Pasai. Jambi secara resmi dinyatakan masuk Islam ketika berada dalam kekuasaan Rangkayo Hitam (1500-1515). Akan tetapi, pada tahun 1615 Pangeran kedah  mulai menggunakan gelar sultan Abdul Kahar. Pangeran Kedah saat itu baru saja diangkat sebagai Raja Melayu Jambi yang pertama. Oleh sebab itu, tahu 1615 selalu dianggap sebagai tahun berdirinya Kerajaan Melayu Jambi.[8]
                        Agama Hindu/Budha, yang dalam zaman purba telah menentukan corak dan disebut kebudayaan Melayu Jambi didesak oleh agama Islam. Dalam pembentukan kebudayaan baru, yang tumbuh dan berkembang adalah kebudayaan pengaruh Islam. Pengaruh Islam itu pulalah yang memberikan dan menentukan arah baru serta corak khusus kebudayaan material dan spiritual Melayu Jambi.
                        Dalam kurun Islam pada abad ke-15 dan16, pemerintahan kesultaan muncul di
Jambi. Di Kesultanan Jambi pada abad ke-20 dan awal abad ke-21, struktur pemerintahannya terdiri atas:
1.      Kuasa Sultan,
2.      Kuasa Patih Dalam.
3.      Kuasa Patih Luar,
4.      Kuasa Batin (Jenang),
5.      Kuasa Tengganai, dan
6.      Kuasa Dusun (Penghulu).

D.    Adat Jambi Zaman Belanda, Jepang Dan Zaman RI
Pada masa Pemerintahan Sultan Abdul Kahar (1650) pemerintahan dalam dearah Jambi mempunyai struktur yang jelas dan baik mengenai tingkat tingkat pemerintahan dan juga peraturan peraturan pemerintahannya.Pada waktu V.O.C mulai menundukkan Indonesia lebih kurang 1600 mereka berhadapan dengan pemerintah yang telah ada di indonesia.pemerintahan yang ada itu telah memiliki ajaran ajaran dalam pemerintahannya yaitu ajaran ajaran adat.
Melihat pada kenyataan yang demikian itu maka V.O.C membagi dua bentuk campur tangan pemerintahanya yaitu untuk dearah jawa mereka hampir menjajah totalitas jawa sedangkan diluar jawa mereka terikat dengan perjanjian kontrak pendek yang dibuat antara kerajaan dengan mereka yang memberikan kebebasan pada kerajaan untuk memerintah secara otonomi.
Pada waktu V.O.C jatuh diambil oleh pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1793, maka belanda mulai menetapkan kontrak penduduk dengan kerajaan kerajaan di luar jawa sedangkan di jawa ditetapkan Restruktur Gebed. Pemerintahan Hindia Belanda baik dalam berbagai perjanjian adat itu tetap diperhatikan dan diperlakukan serta dapat dipergunakan dalam menyelesaikan perkara perkara dalam masyrakat maka itulah kedudukanya tetap diakui dan diberikan hak mengadili.
Agar perjanjian itu lebih lancar jalanya dan lebih dipatuhi oleh Belanda memberikan kedudukan hukum yang lebih kuat serta kepala kepala adat seperti pasirah, mandopo dan Kepala Kampung diberikan sebagai Kepala pemerintahan dan Kepala adat dalam dearah adatnya msing masing serta berhak memutuskan perkara adat yang timbul dengan anggotanya seperti amngku, hakim dan prmuka adat. Berdasarkan Pasal 18 UUD 1945 bahwa dearah Indonesia terbagi antara dearah besar dan kecil, dengan meningat hak hak adatnya.[9]

















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
        Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum. Menurut kepercayaan anisme roh roh nenek moyang itu dapat dipanggil dengan perantaran seoarng ahli atau dukun. Kepercayaan manusia purba terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal dunia.

Kerajaan melayu Jambi berdirinya pada abad IV dan V masehi. Kerajaan ini tidaklah memusatkan perkembangan kerajaanya pada sektor pertanian, melainkan pada sektor perdagangan,untuk mengembangkan usaha perdagangan ini mereka memusatkan kekuatanya pada pelayaran atau pada kekuatan maritim.

Perkembangan agama budha di kerajaan Melayu Jambi berjalan dengan sangat pesat. Agama Budha ini masuk jauh kepedalaman Daerah jambi dan tesebar secara luas dan banyak sekali meninggalkan bekas bekasnya berupa arca dan bangunan candi candi seperti candi tinggi,candi astono dan lain lain sebagian terdapat di kompleks percandian Muaro jambi.
       









DAFTAR PUSTAKA

Nasaruddin, A. Mukiy.1989. Jambi dalam Sejarah Nusantara (692-1949 M). FISH publishing: Bukit Tinggi.
http://moslem001.blogspot.com/2014/11/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-melayu.html
Lembaga Adat Provinsi Jambi. 2011. Pokok-pokok Adat  Pucuk Jambi Sembilan Lurah. Jilid 11, LAD:2001.
http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/adat-budaya-jambi.html
http://guspalenaa.blogspot.com/2012/06/adat-dan-budaya-jambi-mata-pencaharian.html
https://rajvie.wordpress.com/2013/06/03/kepercayaan-dari-zaman-prasejarah-sampai-zaman-kemerdekaan/
Jurnal Budaya. Vol 1 No.2 .2012.http://www.academia.edu/5532390/Editorial_Vol_1_No_2_2012
http://elabidisme.blogspot.com/2014/05/kontestasi-kemelayuan-islam-adat-dan.html



[1] http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/adat-budaya-jambi.html
[2] http://elabidisme.blogspot.com/2014/05/kontestasi-kemelayuan-islam-adat-dan.html
[3] http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/adat-budaya-jambi.html
[4] http://guspalenaa.blogspot.com/2012/06/adat-dan-budaya-jambi-mata-pencaharian.html
[5] https://rajvie.wordpress.com/2013/06/03/kepercayaan-dari-zaman-prasejarah-sampai-zaman-kemerdekaan/
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Kompleks_Candi_Muaro_Jambi
[7] Jurnal Budaya. Vol 1 No.2 2012. http://www.academia.edu/5532390/Editorial_Vol_1_No_2_2012
[8] http://moslem001.blogspot.com/2014/11/sejarah-kerajaan-islam-kerajaan-melayu.html
[9] http://supriyantostai.blogspot.com/2015/01/adat-budaya-jambi.html

Comments

Popular posts from this blog

Dinasti Ghaznawiyah (977 M – )

HISTORIOGRAFI AFRIKA

PROYEKSI PETA