SEJARAH MARITIM
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pembajakan atau perompakan ternyata bukan hanya dongeng
saja. Hal itu memang benar terjadi berabad-abad yang lalu, tepatnya pada zaman
keemasan bajak laut. Yang paling khas dari bajak laut adalah
bendera kebesaran dengan lambang tengkorak dan dua tulang yang menyilang yang
disebut “Jolly Roger”. Simbol bendera bajak laut tersebut ternyata dipelopori
oleh salah satu bajak laut terkenal, Calico Jack.[1]
Lebih dari separuh wilayah Indonesia terdiri dari laut, tapi
sayangnya studi sejarah kita terlalu mementingkan daratan. Istilah bahari, menurut Kamus Umum, berarti
zaman purba kala, dahulu kala. Dengan kata lain, pengertian bahari dan
zaman dahulu kala sebenarnya mempunyai hubungan yang sangat dekat sampai-sampai
dianggap sebagai suatu sinonim. Perhatikan pula bahwa istilah kepulauan
dalam bahasa Inggris, archipelago,
berasal dari bahasa Yunani arch
(besar, utama), dan pelagos
(laut). “Jadi archipelagic state
sebenarnya harus diartikan ‘negara laut utama’ yang ditaburi dengan
pulau-pulau, bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi laut”.[2]
Begitulah Adrian B. Lapian, ahli sejarah maritim,
mengingatkan kita melalui karya klasiknya ini, “Jangan lupa lautan.” Demi
fokus yang lebih mendalam dan karena keterbatasan sumber tulisan, Lapian
memilih untuk membatasi penelitian ini pada kawasan Sulawesi di abad XIX.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Bajak Laut
Bajak laut (pirate) adalah para perampok di laut
yang bertindak di luar segala hukum. Kata pirate
berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'yang menyerang',
'yang merampok'. Dalam Bahasa Indonesia dan Melayu
sebutan lain untuk bajak laut, lanun
yang berasal dari nama lain salah satu suku maritim di Indonesia dan Malaysia, Orang Laut.
Tujuan mereka
tidak bersifat politik,
mereka mencari keuntungan sendiri dan tidak melayani siapapun kecuali di bawah
bendera Jolly Roger (bendera bajak laut). Banyak dari corsario (corsair) berubah profesi menjadi
bajak laut selama periode perdamaian antara Spanyol dan Inggris.
Target utama
penyerangan para bajak laut adalah sebagian besar kapal-kapal (dan juga
daerah-daerah kolonial) yang berada di bawah kekuasaan Spanyol atau Portugis.
Ini adalah suatu hal yang logis karena kedua kerajaan tersebut itulah yang
memonopoli perdagangan antara Eropa dan Dunia Baru. Kapal-kapal yang mengangkut emas dan perak dari Amerika
merupakan sasaran empuk para bajak laut.
Namun tak
satupun bendera yang selamat dari kekejaman anjing-anjing laut. Raja-raja Eropa
mencoba untuk berjuang melawan para pembajak dengan memasok senjata
dan peralatan yang cukup pada kapal-kapalnya. Ironisnya, setiap kali diberikan
kepada seorang kapten pemerintahan pada satu armada yang
siap melawan pembajak — ini adalah undangan baginya untuk menyiapkan diri, dan
kenapa tidak, berganti menjadi seseorang yang tadinya mau ia lawan.
Masyarakat
tipe orang laut dalam bentuk yang semurni-murninya masih berada pada tingkat
kehidupan ekonomi yang awal, yakni masyarakat yang hidup dari pengumpulan
makanan. Pada umumnya, di definisikan sebagai orang yang melakukan tindakan
kekerasan di laut. Untuk membedakan dari petugas Negara yang juga menggunakan
kekerasan dilaut dan bertindak atas nama Negara, maka di buat pembatasan bahwa
yang diartikan sebagai bajak laut adalah orang yang melakukan kekerasan di laut
tanpa mendapat wewenang dari pemerintah untuk melakukan tindakan itu.
Dalam
hukum internasional tindakan bajak laut adalah suatu tindakan kekerasaan tanpa
diberi wewenang suatu pemerintah tertentu di perairan bebas, yakni di laut yang
terletak di luar yurisdiksi suatu Negara tertentu.
Kebudayaan
barat dengan tugas memisahkan pengertian “Pirata” dari pengertian “Korsario”.
Seorang Korsario juga mengadakan tindakan kekerasan di laut, tetapi ia membawa
surat izin yang di berikan oleh suatu kekuasaan Negara atau pemerintahan
tertentu. Hal demikian biasanya terjadi dalam keadaan perang antara dua Negara
yang bermusuhan ,pada waktu itu kapal niaga milik swasta juga di ikut sertakan
dan di beri wewenang untuk menyerang kapal yang di miliki seorang warga dari
Negara yang bermusuhan. Dalam hubungan ini maka kapal VOC, sebuah perusahaan
niaga belanda yang di dirikan pada abad 17 , juga di beri wewenang untuk
menyerang kapal musuh, dapat di golongan kategori korsario.
b. Orang Laut
·
Bajau
Nama
bajau terkenal diwilayah di Indonesia bagian Timur. Dikawasan ini orang Bajau
(Bajo) ditemukan di perairan Selat Makassar, di Teluk Bone didaerah Nusa
Tenggara Timur, di kepulauan Banggai disebelah timur Sulawesi, di Teluk Tomini
di Maluku Utara di Kepulauan Bacan dan Halmahera, dan diperairan Laut Sulawesi
baik sipantai Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur maupun diKepulauan Sulu.[3]
Suku
Bajau adalah suku
bangsa
yang tanah
asalnya Kepulauan Sulu, Filipina
Selatan.
Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut, sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau
menggunakan bahasa Sama-Bajau. Suku Bajau sejak ratusan tahun yang lalu sudah
menyebar ke negeri
Sabah
dan berbagai wilayah
Indonesia.
Suku Bajau juga merupakan anak negeri di Sabah.
Suku-suku di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada
zaman prasejarah. Suku Bajau yang Muslim ini merupakan gelombang terakhir
migrasi dari arah utara Kalimantan yang memasuki pesisir
Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan dan menduduki pulau-pulau
sekitarnya, lebih dahulu daripada kedatangan suku-suku Muslim dari rumpun Bugis yaitu suku Bugis,
suku Makassar,
suku Mandar.
Saat ini, Suku Bajau menyebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia (terutama
Indonesia Timur), bahkan sampai ke Madagaskar. Kebanyakan Suku Bajau yang
menyebar mulai tinggal menetap dan berbaur dengan suku-suku lain.[4]
·
Susunan
kemasyarakatan
Menurut nimmo, susunanmayarakat
bajau yang sekarang masih bertempat tinggal di perahu dapat di beda-bedakan
dalam 3 tingkat yakni mataan, pagmundah, dan dakumpungan. Mataan adalah unit
yang paling kecil yang biasanya terdiri dari satu keluarga inti. Beberapa
mataan membentuk suatu pagmundah, dan beberapa buah pagmundah membentuk sebuah
dakampungan.
Nimmo melaporkan behwa beberapa
dakampungan bias membentuk satu unit yang lebih besar, artinya beberapa
dakapungan bias memutuskan untuk menambatkan perahunya bersama sama di suatu
tempat. Unit besar ini oleh nimmo disebut moorage, karena dalam bahasa bajau
sendiri tidak ada istilah yang khusus, mungkin karena moorage yang terdiri dari
beberapa dakampungan itu merupakan hal yang luar biasa. Pada umumnya satu morage
terdiri dari satu dakampungan.
Jadi unit masyarakat terkecil adalah
kelompok yang mendiami satu perahu.unit ini terdiri dari keluarga batih yakni
suami,istri dan anak anaknya.
c. Penguasa Laut
Sebagai
tipe ideal, Orang Laut, berdasarkan tipologi sederhana maksudnya Lapian sebagai
semua kelompok masyarakat yang belum atau tidak mengenal bentuk organisasi
kerajaan atau negara, umumnya hidup berkelompok dalam perkampungan perahu
dengan sifat mobile (hingga kerap disebut sea-nomads atau sea-gypsies).
Raja Laut dimaksudkan sebagai “kapal dan perahu yang merupakan kekuatan laut
raja-raja di Asia Tenggara yang melakukan tugasnya sebagai pemayar di perairan
kerajaan,” dan mempunyai semacam “wenang-wenang” untuk melakukan kekerasan
terhadap siapa saja yang memasuki wilayahnya. Kekuatan Barat pun,
sebenarnya dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk khusus dari tipe Raja Laut
karena posisi dominan mereka di Asia Tenggara. Sementara Bajak Laut adalah
“kelompok pelaut yang melakukan kekerasan, tetapi … tidak bertugas sebagai
pemayar kerajaan pribumi atau kekuatan kolonial, lagi pula bukan merupakan
anggota masyarakat kelompok etnis yang masuk kategori Orang Laut,” dengan
motif-motif tersendiri yang tidak jarang mendapat simpati masyarakat setempat,
atau sebaliknya dimusuhi dan ditakuti (atau semuanya). Mereka juga bisa
menjadi bentuk lain perang maritim, pelaku gerilya bahari sebagai perantara
Raja Laut.
Perlu diingat
bahwa tipologi ini tidak dibuat pada tingkat individu dan tidak dapati dilihat
sebagai tingkat-tingkat dalam arti evolusionis, selain juga karena ada banyak
tumpang tindih dan interdependensi dalam kegiatan ketiganya. Orang Laut dan
Bajak Laut bekerja sama dengan sesama anggota kelompok masing-masing atau
kelompok lain, sedangkan Raja Laut harus memiliki rakyat pengikut yang bisa
terdiri dari Orang Laut atau Bajak Laut. Didukung oleh argumentasi yang kokoh
dan segudang literatur dalam berbagai bahasa yang dikumpulkannya dengan tekun
dari berbagai negara, Lapian dengan jernih menjabarkan sejarah kawasan ini
dalam kerangka konseptual yang ia siapkan, sambil tak jemu-jemunya tiap kali
mengingatkan kita untuk berhati-hati mengenai permasalahan sumber sejarah. Satu
buku sejarah yang wajib dibaca; ditulis dengan penulisan yang segar, dan
ketekunan dan dedikasi yang luar biasa.
Kepustakaan tentang wilayah laut
Sulawesi dan sekitarnya sering disebut tokoh raja laut, suatu jabatan dalam
pemerintahan tradisional setempat yang memainkan peran penting dalam menegakkan
kekuasaan dilaut. Di Maluku, kerajaan ternate dan tidore, tokoh raja laut
adalah pembesar tertinggi dengan wewenang khusus atas segala sesuatu yang
bertalian dalam bidang kebaharian, terutama angkatan laut kerajaan. Jabatan
raja laut ini selalu dipegang oleh salah seorang anggota keluarga sultan, seringkali
anggota terdekat seperti putera atau saudara kandungnya, dengan kata lain,
pembesar kerajaan mempunyai kemungkinan besar untuk kelak menjadi sultan.
Menurut adat kerajaan pada masa itu,
bila seorang raja mangkat, maka dewan kerajaan memilih diantara anggota pria
dari keluarga raja (sultan) tokoh yang dianggap paling layak untuk memangku
tajuk kekuasaan tertinggi. Dalam kerajaan maritim seperti ternate dan tidore,
pada umumnya pangeran yang berpengalaman sebagai raja laut, terlebih apabila ia
telah membuktikan kebolehannya dalam jabatan ini, dipilih untuk menggantikan
raja yang wafat. Kerajaan maritm memang sepatutnya memiliki pucuk pimpinan yang
berorientasi kelaut, dan dalam hal ini pengalaman sebagai raja laut merupakan
dasar yang kuat untuk menjalankan kebijaksanaan pemerintahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bajak laut (pirate) adalah para perampok di laut
yang bertindak di luar segala hukum. Kata pirate
berasal dari bahasa Yunani yang berarti 'yang menyerang',
'yang merampok'. Dalam Bahasa Indonesia dan Melayu
sebutan lain untuk bajak laut, lanun
yang berasal dari nama lain salah satu suku maritim di Indonesia dan Malaysia, Orang Laut.
Tujuan mereka
tidak bersifat politik,
mereka mencari keuntungan sendiri dan tidak melayani siapapun kecuali di bawah
bendera Jolly Roger (bendera bajak laut). Banyak dari corsario (corsair) berubah profesi menjadi
bajak laut selama periode perdamaian antara Spanyol dan Inggris.
Suku Bajau adalah suku bangsa yang tanah asalnya Kepulauan
Sulu, Filipina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden
yang hidup di atas laut,
sehingga disebut gipsi
laut. Suku Bajau menggunakan bahasa
Sama-Bajau. Suku Bajau sejak ratusan tahun yang lalu sudah
menyebar ke negeri
Sabah
dan berbagai wilayah
Indonesia.
Suku Bajau juga merupakan anak negeri di Sabah.
Suku-suku di Kalimantan diperkirakan bermigrasi dari arah utara (Filipina) pada
zaman prasejarah. Suku Bajau yang Muslim ini merupakan gelombang terakhir
migrasi dari arah utara Kalimantan yang memasuki pesisir
Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan dan menduduki pulau-pulau
sekitarnya, lebih dahulu daripada kedatangan suku-suku Muslim dari rumpun Bugis yaitu suku Bugis,
suku Makassar,
suku Mandar.
Saat ini, Suku Bajau menyebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia (terutama
Indonesia Timur), bahkan sampai ke Madagaskar. Kebanyakan Suku Bajau yang
menyebar mulai tinggal menetap dan berbaur dengan suku-suku lain.
Kepustakaan tentang wilayah laut
Sulawesi dan sekitarnya sering disebut tokoh raja laut, suatu jabatan dalam
pemerintahan tradisional setempat yang memainkan peran penting dalam menegakkan
kekuasaan dilaut. Di Maluku, kerajaan ternate dan tidore, tokoh raja laut
adalah pembesar tertinggi dengan wewenang khusus atas segala sesuatu yang
bertalian dalam bidang kebaharian, terutama angkatan laut kerajaan. Jabatan
raja laut ini selalu dipegang oleh salah seorang anggota keluarga sultan,
seringkali anggota terdekat seperti putera atau saudara kandungnya, dengan kata
lain, pembesar kerajaan mempunyai kemungkinan besar untuk kelak menjadi sultan.
Menurut adat
kerajaan pada masa itu, bila seorang raja mangkat, maka dewan kerajaan memilih
diantara anggota pria dari keluarga raja (sultan) tokoh yang dianggap paling
layak untuk memangku tajuk kekuasaan tertinggi. Dalam kerajaan maritim seperti
ternate dan tidore, pada umumnya pangeran yang berpengalaman sebagai raja laut,
terlebih apabila ia telah membuktikan kebolehannya dalam jabatan ini, dipilih
untuk menggantikan raja yang wafat. Kerajaan maritm memang sepatutnya memiliki
pucuk pimpinan yang berorientasi kelaut, dan dalam hal ini pengalaman sebagai
raja laut merupakan dasar yang kuat untuk menjalankan kebijaksanaan
pemerintahan.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://id.wikipedia.org/wikie,
/Suku_Bajau
·
Lapian, Adrian B. 2011. Orang Laut,
Bajak Laut, Raja Laut : Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta :
Komunitas Bambu. Hlm 111
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Perompakan#Bajak_laut
[2] http://c2o-library.net/2010/09/orang-laut-bajak-laut-raja-laut/
[3]
Lapian, Adrian B. 2011. Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut : Sejarah Kawasan
Laut Sulawesi Abad XIX. Jakarta : Komunitas Bambu. Hlm 111
[4] http://id.wikipedia.org/wikie, /Suku_Bajau
Comments